Dewasa ini, tidak hanya perusahaan atau organisasi kecil
saja yang melakukan kegiatan outbound Training. Perusahaan yang sangat maju pun
sangat memerlukan kegiatan outbound. Hal ini mengidentifikasikan bahwa outbound
training sangat untuk dilakukan dengan beberapa program dan tujuan tertentu.
Sehingga outbound training sangat cocok untuk dilakukan dimana saja dan oleh
siapa saja.
Kebutuhan masyarakat kita terhadap outbound training sangat
luar biasa. Hal ini bisa kita lihat dengan banyaknya pamphlet, reklame, atau
beberapa website yang disebarkan oleh beberapa lembaga atau instansi yang
menawarkan jasa outbound training.
Disamping itu, kita juga dapat melihat media-media yang menyiarkan kegiatan
outbound training. Hal ini telah
menjadikan tesis, betapa outbound training itu telah diminati oleh banyak
kalangan. Oleh karena itu, kegiatan outbound training sangat kita butuhkan
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita.
Asal-usul outbound sendiri, berawal dari program pelatihan
anak buah kapal salah satu pelayaran di Inggris. Pelatihan dilakukan tidak
hanya di laut tetapi juga di darat yang berupa petualangan di alam, selama 26
hari.
Istilah awal yang diberikan untuk pelatihan tersebut adalah
“County Badge”. Kemudian berubah menjadi Outward Bound. Istilah Outward bound
inilah yang kemudian terus dipakai sampai hari ini. Istilah Outward Bound
sendiri sudah dipatenkan, sehingga tidak semua orang boleh menggunakan istilah
tersebut. Mungkin karena istilah Outward Bound sudah dipatenkan banyak orang
kemudian menggunakan istilah ‘outbound’.
Outbound Makassartv Kompastv |
Outbound memang sangat marak dalam lima sampai sepuluh tahun
belakangan ini. Provider Outbound merebak. Sekolah-sekolah, mulai dari
playgroup sudah mulai diperkenalkan Outbound. Begitu juga karyawan-karyawan
perusahaan yang ingin pelatihan sambil refreshing di alam terbuka.
Hal penting yang paling menarik adalah permainan
pembelajaran outbound training selalu ditampilkan dalam bentuk permainan yang
penuh makna. Dalam permainan skills, individu tidak hanya ditantang berfikir
cerdas, namun juga harus memiliki kepekaan social. Dalam kegiatan outbound training, individu
dituntut mengembangkan kemampuan ESQ (emotional Spiritual Qoutient) nya
dibanding IQ (Intellegent Qoutient) nya.
Metode outbound training memungkinkan peserta bersentuhan fisik dengan latar
alam terbuka sebagai medianya. Dari sini, diharapkan, lahirlah kemampuan dan
watak serta visi kepemimpinannya yang mengandung nilai-nilai kejujuran,
keterbukaan, kepekaan, toleransi, kecerdasan, serta rasa kebersamaan dalam membangun
hubungan antar manusia yang serasi dan dinamis.
Jika kita tertarik untuk mendapatkan itu semua, tentu penyelenggaraan
outbound sangat lah kita butuhkan.
Outbound akan selalu melahirkan pengalaman baru yang akan
membentuk perkembangan kita dari tatanan yang biasa menuju tatanan yang luar
biasa dahsyat. Bagi perusahaan yang baru berdiri, atau mereka yang baru
membentuk team work, kebutuhan akan outbound training sangat vital adanya.
Kehadiran outbound diharapkan bisa memberikan pelajaran bagi mereka yang baru
menggeluti dunia baru.Manfaat Outbound
Apapun jenisnya, outbound – dengan berbagai jenis
petualangan (adventure) dan permainan (games) yang biasa dijalankan –
sebenarnya memiliki manfaat yang beragam, di antaranya:
(1)komunikasi
efektif (effective communication)
(2)pengembangan tim
(team building)
(3)pemecahan
masalah (problem sulving)
(4)kepercayaan diri
(self confidence)
(5)kepemimpinan
(leadership)
(6)kerja sama
(sinergi)
(7)permainan yang
menghibur dan menyenangkan (fun games)
(8)konsentrasi/fokus (concentration)
(9)kejujuran/sportivitas.
Ragam manfaat tersebut bermuara pada tercapainya
pengembangan diri (personal development) dan tim (team development) yang dapat
dirasakan oleh para peserta. Karena sukses seseorang dalam kehidupannya,
terutama dalam karier bisnis dan organisasi, sangat ditentukan oleh kepercayaan
diri (self efficacy), kemampuan mengontrol emosi, dan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain. Para pakar di bidang kecerdasan emosi berpendapat bahwa
sukses dalam karier di perusahaan (juga di ranah kehidupan lainnya) lebih
ditentukan oleh kecerdasan emosional dibandikan dengan kecerdasan intelektual.
Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional mendapat
perhatian yang semakin besar.
Ada beberapa ciri yang menandai apakah seseorang memiliki
kecerdasan emosional yang baik. Ciri-ciri tersebut, antara lain, adalah sebagai
berikut:
Mentalitas Berkelimpahan (abundance Mentalitaty)
Sifat kepribadian ini dimiliki oleh orang yang suka
membagi-bagi apa yang dimiliki kepada orang lain. Orang yang demikian selalu
meras bahwa dengan memberikan apa yang dia miliki kepeda orang lain akan
membuat dia merasa lebih kaya. Sifat ini adalah lawan dari mentalisasi yang
pelit (scarcity mentality). Orang yang memiliki sifat pelit selalu ketakutan
dan dia tidak akan mendapatkan sesuatu bila orang lain sudah mendapatkannya.
Pikiran Positif pada Orang lain
Bila seseorang memiliki sifat ini, dia akan melihat orang
lain sebagai bagian dari kebahagiaan hidupnya sendiri. Selain itu dia selalu
melihat sisi positiv hal-hal yang dilakukan dan dipikirkan oleh orang lain.
Covey (1990) menggunakan istilah “seek first to understand than to be
understood” (berusaha mengerti orng lain lebih dahulu baru diri sendiri
dimengerti). Orang yang memiliki sifat kepribadian ini tidak akan segera
menarik kesimpulan tentang apa yang dikatakan orang lain sebelum dia mengerti
apa yang dipikirkan oleh orang lain.
Kemapuan Berempati
Sifat ini dimiliki oleh orang yang bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain. Kepekaan perasaan yang dimilikinya membuat dia mudah
merasakan kegembiraan dan kesusahan orang lain. Orang yang tidak memiliki
kemampuan berempati biasanya sangat sulit untuk berhubungan baik dengan orang
lain. Perasaannya tumpul dalam memahami kebutuhan orang lain.
Komunikasi Transformasional
Sifat ini dimiliki oleh orang yang selalu memilih kata-kata
yang enak didengar telinga dalam berbicara pada orang lain, dia tetap memilih
kata-kata yang menyejukan hati dan pikiran dalam menanggapi perbedaan tersebut.
Berorientasi Sama-Sama Puas (Win-Win)
Sifat ini dimiliki oleh orang yang—dalam interaksinya dengan
orang—selalu ingin membuat orang lain merasa gembira dan dia juga gembira.
Orang yang demikian memiliki rasa respek pada orang lain.
Sifat Melayani (Serving Attitude)
Orang yang memiliki sifat demikian ini sangat senang melihat
orang lain senang dan sangat susah melihat orang lain susah. Sifat ini adalah
lawan dari sifat egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau golongannya
sendiri. Orang yang memiliki sifat melayani, kalau menjadi pemimpin, dia bukan
minta dilayani tapi melayani kepentingan oranng yang dipimpinnya.
Kebiasaan Apresiatif
Orang yang memiliki sifat ini suka memberikan apresiasi pada
apa yang dilakukan oleh orang lain. Apresiasi yang diberikan pada orang lain
membuat orang lain merasa dihargai.
Sifat-sifat diri itu memang tidak semua dapat tercapai
“hanya” dengan sebuah kegiatan outbound yang hanya berlangsung dalam hitungan
hari(1-4 hari). Tapi, kigiatan outbound, terutama yang dirancang khusus untuk
tujuan-tujuan tertentu, bisa menjadi starting point (titik pijakan) bagi
seseorang untuk menemukan konsep diri dan perilaku yang lebih baik pada
hari-jari berikutnya.
Dengan konsep-konsep interaksi antara peserta dan dengan
alam, melalui kegiatan simulasi di alam terbuka, diyakini dapat memberikan
suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berpikir, dan persepsi yang
kreatif dan positif dari setiap peserta guna membentuk rasa kebersamaan,
keterbukaan, toleransi, dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapnya akan
mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam
kehidupannya.
Melalui simulasi outdoor activies ini, peserta juga akan
mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development)
maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam
bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi pemimipin,
manajemen reksiko,dan pengambilan keputusan serta inisiatif.
Outbound bukan hanya bermakna kegiatan yang menggunakan
sarana diluar ruang,melainkan juga bermakna out of
bounderise “Keluar dari bingkai/frame kebiasaan” dimana
peserta diajak untuk berpikir luar biasa dan membuat
terobosan-terobosan baru.
TUJUAN OUTBOUND ??
Membangun dan Meningkatkan :
Sikap Mental, Knowledge, Practise, Skill
1.KUALITAS IMAN & TAQWA
2.KUALITAS POLA PIKIR
3.KUALITAS PROSES KERJA
4.KUALITAS HASIL KARYA
5.KUALITAS HIDUP
MANFAAT PELATIHAN OUTBOUND
1.Peserta akan dapat lebih memahami arti yang sebenarnya
dari sebuah tantangan.
2.Peserta akan dapat belajar pentingnya memiliki jiwa yang
tidak mengenal putus asa.
3.Peserta akan mendapatkan pemahaman yang sebenarnya tentang
motivasi, kerja sama dan kepemimpinan.
4.Peserta akan lebih arif dalam melihat potensi diri.
5.Peserta akan mampu memaknai dengan benar arti sesungguhnya
dari kata komunikasi efektif
6.Peserta akan mendapatkan kesegaran baik secara jasmani
maupun rohani
Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar
ruangan, atau biasa disebut outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan
dengan baik, yakni mampu memberikan rasa percaya diri dan mental bagi para
partisipannya.
Outdoor training bisa menjadi alat yang untuk mengembangkan
kompetensi peserta asalkan dikerjakan dengan benar, yakni berisi rangkaian
program-program yang bagus. Outbound itu bukan main-main di lapangan. Outdoor
education is education, bukan sekedar untuk fun. Kegiatan OutBound yang bagus
harus mencakup high impact activities.
Kompetensi seseorang bisa ditingkatkan melalui pengembangan
pengetahuan, skill dan sikap/karakter dari yang bersangkutan. Outdoor training
bertujuan menggali dan meningkatkan skill dan karakter/sikap individu. Untuk
hasil yang bagus pelaksanaan kegiatan harus maksimal dengan didukung keinginan
peserta untuk menggali potensi pada diri sendiri maupun team. fasilitas
outbound harus memadai dan dipandu oleh instruktur yang berpengalaman. Dan,
yang penting, fokus pada hasil, bukan pada aktivitasnya itu sendiri.
No comments:
Post a Comment