Friday 28 December 2012

PEMIMPIN ???


Pemimpin terkadang didefinisikan sebagai orang yang mampu dan memiliki kemampuan mengatur, mengelola, serta menggiring diri, kelompok, agama, bangsa, atau bahkan dunia. Tapi, lebih dari itu, pemimpin merupakan sebuah konsep keteladanan.

Ketika setiap orang mampu meneladani apa yang ia lakukan tanpa sedikitpun rasa keraguan. Ketika tak hanya pengikutnya atau orang-orang terdekatnya yang mau dan mampu untuk ia rangkul, untuk kemudian meneladani serta berdecak kagum dengan apa yang ia lakukan. Bahkan, musuhnya sekalipun mengakui bahwa ia teladan yang baik bagi siapapun.

Kiranya begitulah yang ia ajarkan. Ia ajarkan melalui perbuatannya, ia ajarkan dengan menjadi modelnya sendiri. Ialah wali Allah, Rasulullah Saw.
Siapa tak kenal dengan beliau. Pesona serta karisma kepemimpinannya membuat semua orang berdecak kagum dengan sifat dan sikapnya. Semua? Ya, tidak hanya menjadi teladan bagi semua kaum Muslimin dan Muslimat, tetapi juga bagi seluruh alam, karena ia diutus untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Namanya tak lekang oleh waktu, ajarannya tak usang oleh zaman. Bahkan, seorang keturunan Yahudi, Michael H. Hart, dalam bukunya yang berisi 100 orang berpengaruh di dunia menempatkan dirinya di posisi pertama sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia.
Lihat, bagaimana semua ini bekerja jika bukan karena dampak dari keteladanannya. Fanatik? Tentu saja bukan. Jikalau memang konsep kepemimpinannya telah diakui oleh dunia, lantas mengapa kita menjadi ragu untuk selalu menyebutnya sebagai contoh, teladan terbaik bagi seluruh pemimpin dunia.
Siapa tak kagum dengan kesopanannya, yang membuat seluruh musuh menaruh rasa hormat padanya. Siapa yang tak takjub apabila sebelum datang amanah langit padanya, lalu ia telah mendapat gelar Al-Amin, sebuah gelar yang hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar jujur dalam kesehariannya.
Beliau manusia biasa, sama diciptakan oleh Allah melalui kedua orang tuanya. Apa yang menjadikannya berbeda? Tak lain tak bukan adalah pesona kepribadiannya.
Apa sebenarnya yang beliau lakukan? Apa resep rahasia untuk pemimpin yang ajarannya sampai lebih dari 1000 tahun lamanya, masih kuat tertanam pada diri pengikut-pengikutnya? Tidak, tidak rahasia. Karena sudah amat sering kita baca dalam buku bacaan, empat sifat yang setidaknya ada pada diri seorang Utusan Allah.

1. Siddiq
Siddiq, berkata benar. Seorang pemimpin memang sudah seharusnya memiliki sifat ini. Setiap perkataannya mengandung sebuah kebaikan dan kebenaran.
Bagaimana mungkin kita dapat meneladani seorang pemimpin yang suka berbohong kepada rakyatnya. Hari ini berkata tentang A, besok berdalih ke B. Ketika seorang pemimpin sudah tak dapat lagi dipegang kata-katanya, maka apalagi yang perlu kita teladani dan dipatuhi. Oleh sebab itu, pemimpin yang seperti ini tidak akan mendapat simpati dari masyarakatnya, dari pendukungnya, apalagi dari pihak oposisinya.
Ciri pemimpin yang sering mendustai rakyatnya tentu saja tidak akan memimpin dengan baik, karena ia sering membohongi nuraninya untuk berkata dusta. Sebaliknya, pemimpin yang berkata benar, maka ia tidak akan tega membohongi rakyatnya.
Saat pemimpin atau kelompok pendukungnya melakukan kesalahan, apabila ia mengakuinya dan kemudian tidak berusaha mencari pembenaran akan apa yang telah ia lakukan, maka sesuatu yang keluar dari lisannya adalah sebuah kebenaran. Pemimpin seperti ini menempatkan kebenaran di atas segala-galanya. Yang baik adalah baik dan yang salah adalah salah.
Seperti yang sudah Rasulullah Saw. katakan, apabila putrinya (Fatimah) mencuri, maka ia sendiri yang akan memotong tangannya. Begitulah kebenaran diletakkan di fase terbaik sepanjang zaman, yakni fase ketika Rasulullah menjadi khalifah atau pemimpin. Perkataan yang benar, tentu saja akan melahirkan sebuah keadilan dan kebaikan-kebaikan lain.

2. Amanah
Amanah adalah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Amanah ini memang selayaknya melekat dalam diri seorang pemimpin. Karena saat mengemban tugas sebagai seorang pemimpin, maka pertama kali yang harus ia pegang adalah amanah.
Amanah akan melahirkan banyak sekali sifat-sifat keteladanan. Amanah dapat berbuah keyakinan, ketegasan, peduli serta memahami siapa yang dipimpinnya. Bahkan, sudah semestinya amanah dapat berbuah pada ketenangan dan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Amanah inilah yang tertanam kuat pada pribadi Rasulullah Saw. yang berjanji menjadi orang pertama yang merasakan lapar sebelum rakyat yang dipimpinnya. Selain itu juga menjadi orang yang terakhir merasa kenyang setelah rakyatnya.
Amanah ini jugalah yang melahirkan totalitas dalam memimpin. Tulus dan ikhlas dalam membela kepentingan rakyatnya. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, apabila belum memastikan bahwa seluruh rakyatnya mendapat tempat yang layak untuk bisa tidur dengan nyenyak. Ia tidak bisa makan-makanan mewah sementara rakyatnya banyak yang tidak bisa makan. Ia tidak bisa menikmati fasilitas mewah yang diberikan negara begitu saja, sementara banyak di antara rakyatnya yang hidup dalam kesusahan.
Tidak alasan lain bagi seorang pemimpin, jika ia tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pemimpin yang dengan kesungguhan hatinya telah menetapkan, serta meneguhkan hatinya untuk bersikap amanah terhadap tugas besar yang diembannya.Kesadaran akan amanah ini yang menjadi kunci keberhasilan dalam memimpin. Jika pun pemimpin tersebut tidak berhasil, maka sesungguhnya kesungguhan hatinya akan dapat dirasakan oleh rakyatnya. Sehingga, bukan cacian serta hujatan yang ia terima, akan tetapi dukungan moril dari rakyatnya.
3. Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan. Bagi seorang utusan Allah, menyampaikan artinya memberi pesan pada kaumnya, untuk melakukan apa-apa yang Allah perintahkan dan mencegah dari apa-apa yang Allah larang.
Apakah berbeda dengan pemimpin lainnya? Tentu saja secara esensi tidak. Pemimpin adalah orang pertama yang harus menyampaikan tentang suatu kebaikan. Pemimpin menjadi model bagi rakyatnya untuk bersikap, bergerak, dan bertindak.
Ketika menyampaikan sesuatu hal, tidak ada hal lain yang disembunyikan dari rakyatnya kecuali rahasia-rahasia yang memang tidak boleh diketahui banyak orang dan apabila diketahui banyak orang maka dampak buruk yang timbul lebih besar, misalnya seperti strategi perang dan sebagainya.
Pemimpin yang baik, harusnya menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan, walaupun pahit untuk disampaikan, misalnya dalam memberantas korupsi. Katakan dan sampaikan dengan tegas, apabila ia mengetahui apabila ada rekannya atau bawahannya yang melakukan tindakan ini. Maka dengan ketegasan, sampaikan pembuktian yang sebenarnya. Hitam adalah hitam dan putih adalah putih.
4. Fathonah
Fathonah adalah cerdas. Pemimpin memang sudah seharusnya memiliki kecerdasan, baik dari segi intelektualitas maupun dalam kecakapannya dalam memimpin.
Kecerdasan ini akan terwujud dari keprofesionalitasannya dan kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh rakyatnya. Jangan sampai pemimpin yang kita pilih tidak memiliki pengetahuan mengenai siapa yang dipimpinnya dan seperti apa negara yang dipimpinnya.
Kolaborasi empat sifat ini apabila dimiliki oleh Presiden Indonesia di masa mendatang, akan menghasilkan sosok pemimpin idaman. Inilah yang selama ini dinanti-nantikan kehadirannya untuk mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.
Semua rakyat Indonesia pasti memimpi-mimpikan pemimpin atau presiden yang memiliki keempat sifat ini. Sifat ini merupakan sifat yang satu sama lain saling terkait dan tidak dapat dilepaskan. Sifat yang satu akan mempengaruhi kuatnya sifat yang satunya.
Dengan keempat sifat tersebut, tentu saja akan menghasilkan negara atau rakyat yang dipimpinnya lebih maju dan lebih baik lagi. Semoga saja, pemuda-pemuda yang akan menjadi calon pemimpin masa depan dapat merenungi keempat sifat ini, dan mencoba mengaplikasikannya untuk bekal Indonesia di masa mendatang.
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh dari sikap pemanfaatan kekuasaan untuk memerintah seenaknya.
Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.

Tantangan dan Harapan
Namun seorang pemimpin baru akan benar-benar memperoleh tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam organisasi atau kelompok tertentu. Sebab di sini dia juga bertanggung jawab bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang dilakukan oleh anggotanya. Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai atau tidaknya tujuan tertentu. Sehingga filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di atas sekaligus merupakan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Di depan sebagai contoh, artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk menjadi "bahan" percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur, pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di depan dalam derap langkah sebuah aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes (transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam kancah aktifitas berorganisasi.
Selain sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, "medium is power". Komunikasi adalah kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan "tak ada yang satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan kata-kata", di mana kata adalah moda utama komunikasi. Namun harus diakui untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga muncul pertanyaan yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi pemimpin terjawab.
Secara internal, harapan sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah Friedrich Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power). Bakat alami yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan ini mengandaikan orang lain agar mengatakan "Ya" atas ide, perkataan, hingga laku kita. Di sinilah persepsi mengenai pemimpin menemui definisi banalnya, memerintah. Menjadi pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita memimpin dengan baik.


Pemimpin dalam Islam
"Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)

Beberapa kriteria kepemimpinan dalam islam :

1. Menggunakan Hukum Allah
Dalam berbagai aspek dan lingkup kepemimpinan, ia senantiasa menggunakan hukum yang telah di tetapkan oleh Allah, hal ini sebagaimana ayat ;

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Qs : 4:59)

Melalui ayat di atas ta'at kepada pemimpin adalah satu hal yang wajib dipenuhi, tetapi dengan catatan, para pemimpin yang di ta'ati, harus menggunakan hukum Allah, hal ini sebagaimana di nyatakan dalam ayat-Nya yang lain :

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya . Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)". (Qs: 7 :3)

"..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir..." (Qs :5:44)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim..." (Qs: 5 45)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.." (Qs: 5 :47)
" Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Qs : 5 :50)

Dan bagi kaum muslimin Allah telah dengan jelas melarang untuk mengambil pemimpin sebagaimana ayat;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Qs : 5 : 51)

Dari beberapa ayat diatas, bisa disimpulkan, bahwa pemimpin dalam islam adalah mereka yang senantiasa mengambil dan menempatkan hukum Allah dalam seluruh aspek kepemimpinannya.

 2. Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu..
"Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi untuk mendapatkannya" (HR Muslim).

"Sesungguhnya engkau ini lemah (ketika abu dzar meminta jabatan dijawab demikian oleh Rasulullah), sementara jabatan adalah amanah, di hari kiamat dia akan mendatangkan penyesalan dan kerugian, kecuali bagi mereka yang menunaikannya dengan baik dan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban atas dirinya". (HR Muslim).

Kecuali, jika tidak ada lagi kandidat dan tugas kepemimpinan akan jatuh pada orang yang tidak amanah dan akan lebih banyak membawa modhorot daripada manfaat, hal ini sebagaimana ayat ;

"Jadikanlah aku bendaharawan negeri (mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan". (Qs : Yusuf :55)

Dengan catatan bahwa amanah kepemimpinan dilakukan dengan ;
1. Ikhlas.
2. Amanah.
3. Memiliki keunggulan dari para kompetitor lainnya.
4. Menyebabkan terjadinya bencana jika dibiarkan jabatan itu diserahkan kepada orang lain.

3. Kuat dan amanah
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs : 28: 26).

4. Profesional
"Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian jika dilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)

5. Tidak aji mumpung karena KKN
Rasulullah SAW, "Barang siapa yang menempatkan seseorang karena hubungan kerabat, sedangkan masih ada orang yang lebih Allah ridhoi, maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin". (HR Al Hakim).

Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada jabatan tertentu, karena rasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia melakukannya hanya atas pertimbangan itu, maka seseungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin".

6. Menempatkan orang yang paling cocok
"Rasulullah menjawab; jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari).
Dalam konteks hadits ini, setidaknya ada beberapa hal  yang bisa kita cermati,

1. Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi  seseorang.
Setiap manusia tentunya diberikan kelebihan dan  kekurangan.Kesalahan terbesar bagi seorang pemimpin  adalah ketika dirinya tidak bisa melihat potensi seseorang dan menempatkannya pada tempat yang  semestinya. Begitu pentingnya perhatian bagi seorang pemimpin terhadap hal ini, maka Rasulullah saw bersabda sebagaiman hadits pada poin 5 di atas.

Ketidakmampuan pemimpin dalam hal ini hanya akan membuat jama'ah atau organisasi yang di pimpinnya  menjadi tidak efektif dan efisien, bahkan tidak sedikit kesalahan pemimpin dalam hal ini menimbulkan kekacauan yang membawa kepada kehancuran.

2. Bisa mengasah potensi seseorang.
Selain ia bisa melihat potensi pada diri seseorang, seorang pemimpin dengan caranya yang paling baik, ia  bisa mengasah potensi mereka yang berada dalam  kepemimpinannya. Mengasah potensi seseorang berbeda dengan "memaksa" seseorang untuk menjadi seseorang yang tidak di inginkannya.

3. Menempatkan seseorang sesuai dengan potensi yang ia  miliki.
"Right man in the right place", adalah ungkapan yang  seringkali kita dengar. Bahwa menempatkan seseorang  itu harus berada pada tempat yang paling tepat bagi orang tersebut serta penugasannya.

4. Mengatur setiap potensi dari mereka yang di pimpinnya menjadi satu kekuatan yang kokoh.
Bangunan yang baik, kokoh dan indah tentunya tidak hanya terdiri dari satu elemen, tetapi terdiri dari berbagai elemen yang ada di dalamnya. Tentunya, penempatan dan penggunaan masing-masing elemen itulah yang sangat mempengaruhi bagaimana sebuah bangunan itu.  Perumpamaan sederhana ini bisa kita gunakan untuk memahami tugas seorang pemimpin dalam menempatkan, menggunakan mereka yang berada dalam kepemimpinannya.
Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern diantaranya :

1. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

2. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

3. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

4. C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

5. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33)
Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

6. Sam Walton
Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.

7. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999)
Pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

8. Rosalynn Carter
“Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.

9. John Gage Allee
Leader…a guide;a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

10. Jim Collin
Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.

11. Modern Dictionary Of Sociology (1996)
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

12. C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan didalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai titik pusat.

13. I. Redl dalam “Group Emotion and Leadership”.
Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik pusat yang mengintegrasikan kelompok.

14. J.I. Brown dalam “ Psychology and the Social Order”.
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.

15. Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”.
Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
- Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan.
- Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.

16. Dr. Phil. Astrid S. Susanto
Pemimpin adalah orang yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap sekelompok orang banyak.

17. Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada)
Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.

Kita dapat saja berbeda dari beberapa pandangan di atas dalam memaknai konsep pemimpin, namun yang dapat penulis simpulkan bahwa dari rumusan diatas secara umum, pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan/atau sekelompok orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
“The only definition of a leader is someone who has followers.”
“Definisi pemimpin hanyalah seseorang yang memiliki pengikut.”
– Peter Drucker

“Leadership is influence – nothing more, nothing less.”
“Kepemimpinan adalah pengaruh – tidak lebih, tidak kurang.”
– John C. Maxwell

“Leadership is the art of getting someone else to do something you want done because he wants to do it.”
“Kepemimpinan adalah seni meminta seseorang untuk melakukan sesuatu yang Anda ingin lakukan karena ia ingin melakukannya.”
— Dwight D. Eisenhower

“Leadership is not magnetic personality, that can just as well be a glib tongue. It is not ‘making friends and influencing people’, that is flattery. Leadership is lifting a person’s vision to higher sights, the raising of a person’s performance to a higher standard, the building of a personality beyond its normal limitations.”
“Kepemimpinan bukanlah kepribadian yang menarik, yang mungkin seperti orang yang fasih berbicara. Kepemimpinan tidak ‘membuat teman dan mempengaruhi orang’, itu adalah pujian. Kepemimpinan adalah mengangkat visi seseorang untuk mimpi yang tinggi, meningkatkan kinerja seseorang untuk standar yang lebih tinggi, pembangunan kepribadian melampaui batas normal “
— Peter F. Drucker

 “The leader is one who mobilizes others toward a goal shared by leaders and followers. … Leaders, followers and goals make up the three equally necessary supports for leadership.”
“Pemimpin adalah orang yang mampu memobilisasi orang lain menuju tujuan bersama yang dibangun oleh pemimpin dan pengikut… Pemimpin, pengikut dan tujuan merupakan tiga dukungan yang setara yang diperlukan dalam kepemimpinan “
— Gary Wills

“Leadership is a function of knowing yourself, having a vision that is well communicated, building trust among colleagues, and taking effective action to realize your own leadership potential.”
“Kepemimpinan adalah fungsi dari pemahaman diri sendiri, mempunyai visi yang bisa dikomunikasikan dengan baik, membangun kepercayaan di antara kolega, dan mengambil tindakan efektif untuk merealisasikan potensi kepemimpinan Anda sendiri.”
– Warren Bennis
“Control is not leadership; management is not leadership; leadership is leadership. If you seek to lead, invest at least 50% of your time in leading yourself—your own purpose, ethics, principles, motivation, conduct. Invest at least 20% leading those with authority over you and 15% leading your peers.”
“Kontrol bukanlah kepemimpinan, manajemen bukanlah kepemimpinan, kepemimpinan adalah kepemimpinan. Jika Anda ingin memimpin, investasikan setidaknya 50% waktu Anda untuk memimpin diri sendiri – tujuan Anda, etika, prinsip, motivasi, perilaku. Investasikan setidaknya 20% memimpin kesemuanya itu dengan otoritas yang ada pada diri Anda, dan 15% memimpin rekan-rekan Anda “
— Dee Hock, Founder and CEO Emeritus, Visa

“Before you are a leader, success is all about growing yourself. When you become a leader, success is all about growing others.”
“Sebelum Anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah semua hal tentang perbaikan diri sendiri. Ketika Anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah semua hal tentang perbaikan orang lain”
— Jack Welch

“The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant.”
“Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas. Yang terakhir adalah mengucapkan terima kasih. Di antara keduanya, pemimpin adalah seorang pelayan”
— Max DePree

“Servant leadership is easy for people with high self-esteem. . . Servant leadership builds self-esteem and encourages Individual growth while obtaining the organization’s objectives.”
“Kepemimpinan pelayan adalah mudah bagi orang-orang dengan harga diri yang tinggi. . . Kepemimpinan pelayan membangun harga diri dan mendorong pertumbuhan individu sekaligus meraih tujuan organisasi “
~ Ken Blanchard

“All of the great leaders have had one characteristic in common: it was the willingness to confront unequivocally the major anxiety of their people in their time. This, and not much else, is the essence of leadership.”
“Semua pemimpin besar memiliki satu karakteristik yang sama: yaitu bersedia dengan sungguh-sungguh menghadapi kecemasan mayoritas orang-orang yang mereka pimpin sewaktu-waktu. Hal ini, dan tidak ada lagi yang lain, adalah inti dari kepemimpinan “
— John Kenneth Galbraith

“The task of the leader is to get his people from where they are to where they have not been.”
“Tugas pemimpin adalah untuk membawa pengikutnya dari tempat mereka sekarang ke tempat dimana mereka belum meraihnya.”
— Henry Kissinger

“To lead people, walk beside them … As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honor and praise. The next, the people fear; and the next, the people hate … When the best leader’s work is done the people say, ‘We did it ourselves!’”
“Untuk memimpin orang, berjalan di samping mereka … Tentang pemimpin terbaik, orang-orang tidak menyadari keberadaan diri mereka. Yang terbaik berikutnya, orang-orang menghormati dan memberi pujian. Selanjutnya, orang-orang takut pada mereka, dan berikutnya, orang-orang membenci mereka … Ketika pekerjaan pemimpin terbaik diselesaikan orang-orang berkata, ‘Kami melakukannya sendiri!’ “
— Lao-tsu

“Great leaders are almost always great simplifiers, who can cut through argument, debate, and doubt to offer a solution everybody can understand.”
“Para pemimpin besar hampir selalu pandai dalam menyederhanakan (masalah yang rumit), mereka dapat memotong argumen, debat, dan keraguan untuk menawarkan solusi agar semua orang bisa mengerti.”
— General Colin Powell

“You don’t lead by pointing and telling people some place to go. You lead by going to that place and making a case.”
“Anda tidak memimpin dengan menunjuk dan memberitahu orang ke beberapa tempat untuk mereka capai. Anda memimpin dengan pergi ke tempat itu dan merumuskan masalah”
— Ken Kesey

“Leadership is the ability to establish standards and manage a creative climate where people are self-motivated toward the mastery of long term constructive goals, in a participatory environment of mutual respect, compatible with personal values.”
“Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menetapkan standar dan mengelola iklim kreatif di mana orang memiliki motivasi diri terhadap tujuan jangka panjang terbaik yang konstruktif, dalam lingkungan partisipatif saling menghormati, sesuai dengan nilai-nilai pribadi.”
— Mike Vance

“Leadership is not so much about technique and methods as it is about opening the heart. Leadership is about inspiration—of oneself and of others. Great leadership is about human experiences, not processes. Leadership is not a formula or a program, it is a human activity that comes from the heart and considers the hearts of others. It is an attitude, not a routine.”
“Kepemimpinan tidak banyak (terkait) dengan teknik dan metode melainkan tentang membuka hati. Kepemimpinan adalah tentang inspirasi – diri sendiri dan orang lain. Kepemimpinan besar adalah tentang pengalaman manusia, bukan tentang proses. Kepemimpinan bukanlah formula atau program, kepemimpinan adalah aktivitas manusia yang bersumber dari hati dan mempertimbangkan hati orang lain. Kepemimpinan adalah sikap, bukan rutinitas “
— Lance Secretan

“A leader is a dealer in hope.”
“Seorang pemimpin adalah dealer yang bisa diharapkan.”
— Napoleon Bonaparte

“Leaders conceive and articulate goals that lift people out of their petty preoccupations and unite them in pursuit of objectives worthy of their best efforts.”
“Pemimpin memahami dan mengartikulasikan tujuan yang mengangkat orang keluar dari keasyikan mereka dan menyatukan mereka dalam mengejar tujuan yang layak dari upaya terbaik mereka.”
— John Gardner

 Apa yang terlintas di benak Anda kala mendengar kata pemimpin? Mungkin ada ratusan definisi berbeda yang keluar dari ratusan orang yang berbeda untuk menjelaskan arti kata pemimpin. Namun, secara umum orang sering menghubungkan antara pemimpin dengan hadirnya tindakan koersif dan manipulasi. Persepsi ini sesungguhnya tidak benar.

Menurut William Glasser dalam bukunya, Choice Theory, sesungguhnya di dalam situasi yang paling ekstrem sekalipun, seseorang tidak dapat dipaksa untuk melakukan suatu pekerjaan. Jikalau orang tersebut mau mengerjakan pekerjaan yang dipaksakan itu, biasanya hasil kerjanya tidak memuaskan.

Dalam bukunya tersebut, William menyebutkan delapan ciri perilaku yang menggambarkan sifat seorang pemimpin yang baik.

Beri teladan tentang arti sukses kepada bawahan.
Alasan umum seseorang tidak berusaha keras dalam bekerja adalah karena mereka tidak tahu persis tujuan mereka bekerja. Ketidakadaan tujuan dan arah sering mematahkan motivasi kerja. Oleh sebab itu, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi contoh kesuksesan yang bisa diraih para bawahannya.

Beri bawahan Anda peralatan yang mereka butuhkan.
Banyak orang mempersepsikan, tugas seorang pemimpin adalah menyelesaikan masalah bawahannya. Namun, sebenarnya itu bukan tugas Anda sebagai atasan. Daripada terus-menerus turun tangan menyelesaikan masalah orang lain, lebih baik berikan bawahan Anda cara dan rambu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Jangan sungkan untuk memuji keberhasilan bawahan.
Tak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja bawahan juga dapat memotivasi produktivitas dan membangun kepercayaan diri bawahan untuk lebih sukses lagi.

Berikan ruang untuk kesalahan.
Sesungguhnya kesalahan adalah guru terbaik bagi pembelajaran, maka berilah toleransi bagi kesalahan yang dilakukan bawahan. Terkadang kesalahan dilakukan bawahan bukan karena ia tidak becus bekerja, tapi karena ketidaktahuannya akan suatu hal.

Delegasikan tugas tanpa banyak turut campur.
Pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu mempercayakan tugas secara penuh kepada bawahannya. Biarkan bawahan mengatasi kendala pekerjaannya sendiri. Namun, di sisi lain pastikan diri Anda selalu ada untuk membantu saat mereka membutuhkan Anda.

Lebih baik bertanya daripada memberi nasihat
Seringkali bawahan Anda tahu lebih banyak daripada yang Anda pikir mereka ketahui. Tanyakan pendapat mereka tentang masalah-masalah yang sedang mereka hadapi di kantor. Dengan demikian, Anda membantu mereka menyimpulkan sendiri jalan keluar terbaik dari masalah tersebut. Hindari memberi nasihat, karena akan terkesan menggurui. 

Bersikaplah ramah.
Aturan mainnya sungguh sederhana. Jangan berharap orang lain bersikap ramah kepada Anda jika Anda sendiri tidak ramah terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang baik tak perlu menjadi galak untuk bisa tegas dan efektif memanajeri bawahannya. Dengan bersikap ramah, Anda akan selalu bisa melihat sisi positif dari setiap karyawan Anda dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik lagi.

Tak kenal maka tak sayang.
Kepemimpinan erat terkait dengan hubungan antar manusia. Saat bawahan percaya bahwa Anda tulus peduli dengan mereka, mereka akan berusaha lebih baik dalam bekerja. Kenali lebih dekat bawahan Anda, dengarkan cerita dan keluh kesahnya. Pada akhirnya, kualitas kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

1 comment: