Pemimpin terkadang didefinisikan sebagai orang yang mampu
dan memiliki kemampuan mengatur, mengelola, serta menggiring diri, kelompok,
agama, bangsa, atau bahkan dunia. Tapi, lebih dari itu, pemimpin merupakan
sebuah konsep keteladanan.
Ketika setiap orang mampu meneladani apa yang ia lakukan
tanpa sedikitpun rasa keraguan. Ketika tak hanya pengikutnya atau orang-orang
terdekatnya yang mau dan mampu untuk ia rangkul, untuk kemudian meneladani
serta berdecak kagum dengan apa yang ia lakukan. Bahkan, musuhnya sekalipun
mengakui bahwa ia teladan yang baik bagi siapapun.
Kiranya begitulah yang ia ajarkan. Ia ajarkan melalui
perbuatannya, ia ajarkan dengan menjadi modelnya sendiri. Ialah wali Allah,
Rasulullah Saw.
Siapa tak kenal dengan beliau. Pesona serta karisma
kepemimpinannya membuat semua orang berdecak kagum dengan sifat dan sikapnya.
Semua? Ya, tidak hanya menjadi teladan bagi semua kaum Muslimin dan Muslimat,
tetapi juga bagi seluruh alam, karena ia diutus untuk menjadi Rahmat bagi seluruh
alam.
Namanya tak lekang oleh waktu, ajarannya tak usang oleh
zaman. Bahkan, seorang keturunan Yahudi, Michael H. Hart, dalam bukunya yang
berisi 100 orang berpengaruh di dunia menempatkan dirinya di posisi pertama
sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia.
Lihat, bagaimana semua ini bekerja jika bukan karena dampak
dari keteladanannya. Fanatik? Tentu saja bukan. Jikalau memang konsep
kepemimpinannya telah diakui oleh dunia, lantas mengapa kita menjadi ragu untuk
selalu menyebutnya sebagai contoh, teladan terbaik bagi seluruh pemimpin dunia.
Siapa tak kagum dengan kesopanannya, yang membuat seluruh
musuh menaruh rasa hormat padanya. Siapa yang tak takjub apabila sebelum datang
amanah langit padanya, lalu ia telah mendapat gelar Al-Amin, sebuah gelar yang
hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar jujur dalam kesehariannya.
Beliau manusia biasa, sama diciptakan oleh Allah melalui
kedua orang tuanya. Apa yang menjadikannya berbeda? Tak lain tak bukan adalah
pesona kepribadiannya.
Apa sebenarnya yang beliau lakukan? Apa resep rahasia untuk
pemimpin yang ajarannya sampai lebih dari 1000 tahun lamanya, masih kuat
tertanam pada diri pengikut-pengikutnya? Tidak, tidak rahasia. Karena sudah
amat sering kita baca dalam buku bacaan, empat sifat yang setidaknya ada pada
diri seorang Utusan Allah.
1. Siddiq
Siddiq, berkata benar. Seorang pemimpin memang sudah
seharusnya memiliki sifat ini. Setiap perkataannya mengandung sebuah kebaikan
dan kebenaran.
Bagaimana mungkin kita dapat meneladani seorang pemimpin
yang suka berbohong kepada rakyatnya. Hari ini berkata tentang A, besok
berdalih ke B. Ketika seorang pemimpin sudah tak dapat lagi dipegang
kata-katanya, maka apalagi yang perlu kita teladani dan dipatuhi. Oleh sebab
itu, pemimpin yang seperti ini tidak akan mendapat simpati dari masyarakatnya,
dari pendukungnya, apalagi dari pihak oposisinya.
Ciri pemimpin yang sering mendustai rakyatnya tentu saja
tidak akan memimpin dengan baik, karena ia sering membohongi nuraninya untuk
berkata dusta. Sebaliknya, pemimpin yang berkata benar, maka ia tidak akan tega
membohongi rakyatnya.
Saat pemimpin atau kelompok pendukungnya melakukan
kesalahan, apabila ia mengakuinya dan kemudian tidak berusaha mencari
pembenaran akan apa yang telah ia lakukan, maka sesuatu yang keluar dari
lisannya adalah sebuah kebenaran. Pemimpin seperti ini menempatkan kebenaran di
atas segala-galanya. Yang baik adalah baik dan yang salah adalah salah.
Seperti yang sudah Rasulullah Saw. katakan, apabila putrinya
(Fatimah) mencuri, maka ia sendiri yang akan memotong tangannya. Begitulah
kebenaran diletakkan di fase terbaik sepanjang zaman, yakni fase ketika
Rasulullah menjadi khalifah atau pemimpin. Perkataan yang benar, tentu saja
akan melahirkan sebuah keadilan dan kebaikan-kebaikan lain.
2. Amanah
Amanah adalah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Amanah ini memang selayaknya melekat dalam diri seorang
pemimpin. Karena saat mengemban tugas sebagai seorang pemimpin, maka pertama
kali yang harus ia pegang adalah amanah.
Amanah akan melahirkan banyak sekali sifat-sifat
keteladanan. Amanah dapat berbuah keyakinan, ketegasan, peduli serta memahami
siapa yang dipimpinnya. Bahkan, sudah semestinya amanah dapat berbuah pada
ketenangan dan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Amanah inilah yang tertanam kuat pada pribadi Rasulullah
Saw. yang berjanji menjadi orang pertama yang merasakan lapar sebelum rakyat
yang dipimpinnya. Selain itu juga menjadi orang yang terakhir merasa kenyang
setelah rakyatnya.
Amanah ini jugalah yang melahirkan totalitas dalam memimpin.
Tulus dan ikhlas dalam membela kepentingan rakyatnya. Ia tidak bisa tidur
dengan nyenyak, apabila belum memastikan bahwa seluruh rakyatnya mendapat
tempat yang layak untuk bisa tidur dengan nyenyak. Ia tidak bisa makan-makanan
mewah sementara rakyatnya banyak yang tidak bisa makan. Ia tidak bisa menikmati
fasilitas mewah yang diberikan negara begitu saja, sementara banyak di antara
rakyatnya yang hidup dalam kesusahan.
Tidak alasan lain bagi seorang pemimpin, jika ia tidak bisa
merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Semua itu hanya bisa dilakukan
oleh seorang pemimpin yang dengan kesungguhan hatinya telah menetapkan, serta
meneguhkan hatinya untuk bersikap amanah terhadap tugas besar yang diembannya.Kesadaran
akan amanah ini yang menjadi kunci keberhasilan dalam memimpin. Jika pun
pemimpin tersebut tidak berhasil, maka sesungguhnya kesungguhan hatinya akan
dapat dirasakan oleh rakyatnya. Sehingga, bukan cacian serta hujatan yang ia
terima, akan tetapi dukungan moril dari rakyatnya.
3. Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan. Bagi seorang utusan Allah,
menyampaikan artinya memberi pesan pada kaumnya, untuk melakukan apa-apa yang
Allah perintahkan dan mencegah dari apa-apa yang Allah larang.
Apakah berbeda dengan pemimpin lainnya? Tentu saja secara
esensi tidak. Pemimpin adalah orang pertama yang harus menyampaikan tentang
suatu kebaikan. Pemimpin menjadi model bagi rakyatnya untuk bersikap, bergerak,
dan bertindak.
Ketika menyampaikan sesuatu hal, tidak ada hal lain yang
disembunyikan dari rakyatnya kecuali rahasia-rahasia yang memang tidak boleh
diketahui banyak orang dan apabila diketahui banyak orang maka dampak buruk
yang timbul lebih besar, misalnya seperti strategi perang dan sebagainya.
Pemimpin yang baik, harusnya menyampaikan apa yang
seharusnya disampaikan, walaupun pahit untuk disampaikan, misalnya dalam
memberantas korupsi. Katakan dan sampaikan dengan tegas, apabila ia mengetahui
apabila ada rekannya atau bawahannya yang melakukan tindakan ini. Maka dengan
ketegasan, sampaikan pembuktian yang sebenarnya. Hitam adalah hitam dan putih
adalah putih.
4. Fathonah
Fathonah adalah cerdas. Pemimpin memang sudah seharusnya
memiliki kecerdasan, baik dari segi intelektualitas maupun dalam kecakapannya
dalam memimpin.
Kecerdasan ini akan terwujud dari keprofesionalitasannya dan
kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh rakyatnya. Jangan
sampai pemimpin yang kita pilih tidak memiliki pengetahuan mengenai siapa yang
dipimpinnya dan seperti apa negara yang dipimpinnya.
Kolaborasi empat sifat ini apabila dimiliki oleh Presiden
Indonesia di masa mendatang, akan menghasilkan sosok pemimpin idaman. Inilah
yang selama ini dinanti-nantikan kehadirannya untuk mengubah Indonesia ke arah
yang lebih baik.
Semua rakyat Indonesia pasti memimpi-mimpikan pemimpin atau
presiden yang memiliki keempat sifat ini. Sifat ini merupakan sifat yang satu
sama lain saling terkait dan tidak dapat dilepaskan. Sifat yang satu akan
mempengaruhi kuatnya sifat yang satunya.
Dengan keempat sifat tersebut, tentu saja akan menghasilkan
negara atau rakyat yang dipimpinnya lebih maju dan lebih baik lagi. Semoga
saja, pemuda-pemuda yang akan menjadi calon pemimpin masa depan dapat merenungi
keempat sifat ini, dan mencoba mengaplikasikannya untuk bekal Indonesia di masa
mendatang.
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin
ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan
fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah
ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan
dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Apa yang
diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang
pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya
mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang
memberikan dorongan). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh
dari sikap pemanfaatan kekuasaan untuk memerintah seenaknya.
Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan
proses belajar yang panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya
manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal
ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri dari apa
yang telah ia lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol
dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.
Tantangan dan Harapan
Namun seorang pemimpin baru akan benar-benar memperoleh
tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam organisasi atau kelompok tertentu.
Sebab di sini dia juga bertanggung jawab bukan hanya pada apa yang dia lakukan,
tapi juga apa yang dilakukan oleh anggotanya. Lebih dari itu, juga bertanggung
jawab atas tercapai atau tidaknya tujuan tertentu. Sehingga filosofi hidup yang
diutarakan Ki Hajar Dewantara di atas sekaligus merupakan tantangan untuk
menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Di depan sebagai contoh, artinya selain ia menjalankan tugas
pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu bersikap positif, mampu memberikan
positif impact, sehingga ia layak untuk menjadi "bahan" percontohan
sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak lain adalah para anggotanya.
Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya dalam aktifitas untuk mencapai
tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur, pemimpin harus mampu memberikan
sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota juga tidak merasa diperas,
ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang memberi dorongan, di sinilah
seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di depan dalam derap langkah sebuah
aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau “turun tahta” untuk
sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan memberikan dorongan-dorongan
di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut
mencerminkan sikap luwes (transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu
memerankan berbagai adegan dalam kancah aktifitas berorganisasi.
Selain sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal di
atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani komunikasi dengan baik.
Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara pemimpin dan anggota. Hemat
penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan tercipta pula iklim harmonis
dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar jika Marshal Mc. Luchan
mengatakan, "medium is power". Komunikasi adalah kekuatan sekaligus
kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan "tak ada yang satu hal
pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan
kata-kata", di mana kata adalah moda utama komunikasi. Namun harus diakui
untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga muncul pertanyaan
yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi pemimpin? Pertanyaan ini
akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi pemimpin terjawab.
Secara internal, harapan sekaligus tujuan seseorang untuk
memimpin, jika meminjam istilah Friedrich Nietzche adalah adanya kehendak untuk
berkuasa (the will to power). Bakat alami yang dimiliki oleh manusia adalah
keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk berkuasa di sini dapat dirumuskan
sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi,
2009: 63). Harapan ini mengandaikan orang lain agar mengatakan "Ya"
atas ide, perkataan, hingga laku kita. Di sinilah persepsi mengenai pemimpin
menemui definisi banalnya, memerintah. Menjadi pemimpin itu mudah karena hanya
memerintah.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan
seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka
menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri.
Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang
tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin
dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah
bagaimana kita memimpin dengan baik.
Pemimpin dalam Islam
"Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab
atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan
bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya
dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga
tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)
Beberapa kriteria kepemimpinan dalam islam :
1. Menggunakan Hukum Allah
Dalam berbagai aspek dan lingkup kepemimpinan, ia senantiasa
menggunakan hukum yang telah di tetapkan oleh Allah, hal ini sebagaimana ayat ;
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya". (Qs : 4:59)
Melalui ayat di atas ta'at kepada pemimpin adalah satu hal
yang wajib dipenuhi, tetapi dengan catatan, para pemimpin yang di ta'ati, harus
menggunakan hukum Allah, hal ini sebagaimana di nyatakan dalam ayat-Nya yang
lain :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya . Amat sedikitlah kamu
mengambil pelajaran (daripadanya)". (Qs: 7 :3)
"..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir..." (Qs
:5:44)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim..."
(Qs: 5 45)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.."
(Qs: 5 :47)
" Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin
?". (Qs : 5 :50)
Dan bagi kaum muslimin Allah telah dengan jelas melarang
untuk mengambil pemimpin sebagaimana ayat;
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim".
(Qs : 5 : 51)
Dari beberapa ayat diatas, bisa disimpulkan, bahwa pemimpin
dalam islam adalah mereka yang senantiasa mengambil dan menempatkan hukum Allah
dalam seluruh aspek kepemimpinannya.
"Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini
kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi
untuk mendapatkannya" (HR Muslim).
"Sesungguhnya engkau ini lemah (ketika abu dzar meminta
jabatan dijawab demikian oleh Rasulullah), sementara jabatan adalah amanah, di
hari kiamat dia akan mendatangkan penyesalan dan kerugian, kecuali bagi mereka
yang menunaikannya dengan baik dan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban atas
dirinya". (HR Muslim).
Kecuali, jika tidak ada lagi kandidat dan tugas kepemimpinan
akan jatuh pada orang yang tidak amanah dan akan lebih banyak membawa modhorot
daripada manfaat, hal ini sebagaimana ayat ;
"Jadikanlah aku bendaharawan negeri (mesir), karena
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan". (Qs
: Yusuf :55)
Dengan catatan bahwa amanah kepemimpinan dilakukan dengan ;
1. Ikhlas.
2. Amanah.
3. Memiliki keunggulan dari para kompetitor lainnya.
4. Menyebabkan terjadinya bencana jika dibiarkan jabatan itu
diserahkan kepada orang lain.
3. Kuat dan amanah
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs : 28: 26).
4. Profesional
"Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah
seorang di antara kalian jika dilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)
5. Tidak aji mumpung karena KKN
Rasulullah SAW, "Barang siapa yang menempatkan
seseorang karena hubungan kerabat, sedangkan masih ada orang yang lebih Allah
ridhoi, maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang
mukmin". (HR Al Hakim).
Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada
jabatan tertentu, karena rasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia
melakukannya hanya atas pertimbangan itu, maka seseungguhnya dia telah
mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin".
6. Menempatkan orang yang paling cocok
"Rasulullah menjawab; jika sebuah perkara telah
diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah
kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari).
Dalam konteks hadits ini, setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita cermati,
1. Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi seseorang.
Setiap manusia tentunya diberikan kelebihan dan kekurangan.Kesalahan terbesar bagi seorang
pemimpin adalah ketika dirinya tidak
bisa melihat potensi seseorang dan menempatkannya pada tempat yang semestinya. Begitu pentingnya perhatian bagi
seorang pemimpin terhadap hal ini, maka Rasulullah saw bersabda sebagaiman
hadits pada poin 5 di atas.
Ketidakmampuan pemimpin dalam hal ini hanya akan membuat
jama'ah atau organisasi yang di pimpinnya
menjadi tidak efektif dan efisien, bahkan tidak sedikit kesalahan
pemimpin dalam hal ini menimbulkan kekacauan yang membawa kepada kehancuran.
2. Bisa mengasah potensi seseorang.
Selain ia bisa melihat potensi pada diri seseorang, seorang
pemimpin dengan caranya yang paling baik, ia
bisa mengasah potensi mereka yang berada dalam kepemimpinannya. Mengasah potensi seseorang
berbeda dengan "memaksa" seseorang untuk menjadi seseorang yang tidak
di inginkannya.
3. Menempatkan seseorang sesuai dengan potensi yang ia miliki.
"Right man in the right place", adalah ungkapan
yang seringkali kita dengar. Bahwa
menempatkan seseorang itu harus berada
pada tempat yang paling tepat bagi orang tersebut serta penugasannya.
4. Mengatur setiap potensi dari mereka yang di pimpinnya
menjadi satu kekuatan yang kokoh.
Bangunan yang baik, kokoh dan indah tentunya tidak hanya
terdiri dari satu elemen, tetapi terdiri dari berbagai elemen yang ada di dalamnya.
Tentunya, penempatan dan penggunaan masing-masing elemen itulah yang sangat
mempengaruhi bagaimana sebuah bangunan itu.
Perumpamaan sederhana ini bisa kita gunakan untuk memahami tugas seorang
pemimpin dalam menempatkan, menggunakan mereka yang berada dalam
kepemimpinannya.
Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus
modern diantaranya :
1. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam
Kepimpinan Pendidikan (1999)
Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan
memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.
2. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 :
255)
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin,
artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa
mengindahkan bentuk alasannya.
3. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
4. C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu
kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati
secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.
5. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33)
Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir
atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan
posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing,
memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/
penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
6. Sam Walton
Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri
pada para pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan
terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.
7. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam
Kepimpinan Pendidikan (1999)
Pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin
subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.
8. Rosalynn Carter
“Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang
ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke
tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.
9. John Gage Allee
Leader…a guide;a conductor; a commander” (pemimpin itu ialah
pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).
10. Jim Collin
Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan,
terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian
dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah
pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan
organisasi dan bawahannya.
11. Modern Dictionary Of Sociology (1996)
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang menempati peranan
sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a person who occupies
a central role or position of dominance and influence in a group).
12. C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu
kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara
cermat, akan ditemukan didalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai
titik pusat.
13. I. Redl dalam “Group Emotion and Leadership”.
Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik pusat yang
mengintegrasikan kelompok.
14. J.I. Brown dalam “ Psychology and the Social Order”.
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi
dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi
dibidangnya.
15. Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and
Related Sciences”.
Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
- Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara
mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir
atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau
kedudukan.
- Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan
alat-alat yang menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka
rela.
16. Dr. Phil. Astrid S. Susanto
Pemimpin adalah orang yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap sekelompok orang banyak.
17. Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh staf Dosen Balai
Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada)
Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau
proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses
komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.
Kita dapat saja berbeda dari beberapa pandangan di atas
dalam memaknai konsep pemimpin, namun yang dapat penulis simpulkan bahwa dari
rumusan diatas secara umum, pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi individu dan/atau sekelompok orang lain untuk bekerja sama
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
“The only definition of a leader is someone who has
followers.”
“Definisi pemimpin hanyalah seseorang yang memiliki
pengikut.”
– Peter Drucker
“Leadership is influence – nothing more, nothing less.”
“Kepemimpinan adalah pengaruh – tidak lebih, tidak kurang.”
– John C. Maxwell
“Leadership is the art of getting someone else to do
something you want done because he wants to do it.”
“Kepemimpinan adalah seni meminta seseorang untuk melakukan
sesuatu yang Anda ingin lakukan karena ia ingin melakukannya.”
— Dwight D. Eisenhower
“Leadership is not magnetic personality, that can just as
well be a glib tongue. It is not ‘making friends and influencing people’, that
is flattery. Leadership is lifting a person’s vision to higher sights, the
raising of a person’s performance to a higher standard, the building of a
personality beyond its normal limitations.”
“Kepemimpinan bukanlah kepribadian yang menarik, yang
mungkin seperti orang yang fasih berbicara. Kepemimpinan tidak ‘membuat teman
dan mempengaruhi orang’, itu adalah pujian. Kepemimpinan adalah mengangkat visi
seseorang untuk mimpi yang tinggi, meningkatkan kinerja seseorang untuk standar
yang lebih tinggi, pembangunan kepribadian melampaui batas normal “
— Peter F. Drucker
“Pemimpin adalah orang yang mampu memobilisasi orang lain
menuju tujuan bersama yang dibangun oleh pemimpin dan pengikut… Pemimpin,
pengikut dan tujuan merupakan tiga dukungan yang setara yang diperlukan dalam
kepemimpinan “
— Gary Wills
“Leadership is a function of knowing yourself, having a
vision that is well communicated, building trust among colleagues, and taking
effective action to realize your own leadership potential.”
“Kepemimpinan adalah fungsi dari pemahaman diri sendiri,
mempunyai visi yang bisa dikomunikasikan dengan baik, membangun kepercayaan di
antara kolega, dan mengambil tindakan efektif untuk merealisasikan potensi
kepemimpinan Anda sendiri.”
– Warren Bennis
“Control is not leadership; management is not leadership;
leadership is leadership. If you seek to lead, invest at least 50% of your time
in leading yourself—your own purpose, ethics, principles, motivation, conduct.
Invest at least 20% leading those with authority over you and 15% leading your
peers.”
“Kontrol bukanlah kepemimpinan, manajemen bukanlah
kepemimpinan, kepemimpinan adalah kepemimpinan. Jika Anda ingin memimpin,
investasikan setidaknya 50% waktu Anda untuk memimpin diri sendiri – tujuan
Anda, etika, prinsip, motivasi, perilaku. Investasikan setidaknya 20% memimpin
kesemuanya itu dengan otoritas yang ada pada diri Anda, dan 15% memimpin
rekan-rekan Anda “
— Dee Hock, Founder and CEO Emeritus, Visa
“Before you are a leader, success is all about growing
yourself. When you become a leader, success is all about growing others.”
“Sebelum Anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah semua hal
tentang perbaikan diri sendiri. Ketika Anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah
semua hal tentang perbaikan orang lain”
— Jack Welch
“The first responsibility of a leader is to define reality.
The last is to say thank you. In between, the leader is a servant.”
“Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah
mendefinisikan realitas. Yang terakhir adalah mengucapkan terima kasih. Di
antara keduanya, pemimpin adalah seorang pelayan”
— Max DePree
“Servant leadership is easy for people with high
self-esteem. . . Servant leadership builds self-esteem and encourages
Individual growth while obtaining the organization’s objectives.”
“Kepemimpinan pelayan adalah mudah bagi orang-orang dengan
harga diri yang tinggi. . . Kepemimpinan pelayan membangun harga diri dan
mendorong pertumbuhan individu sekaligus meraih tujuan organisasi “
~ Ken Blanchard
“All of the great leaders have had one characteristic in
common: it was the willingness to confront unequivocally the major anxiety of
their people in their time. This, and not much else, is the essence of
leadership.”
“Semua pemimpin besar memiliki satu karakteristik yang sama:
yaitu bersedia dengan sungguh-sungguh menghadapi kecemasan mayoritas
orang-orang yang mereka pimpin sewaktu-waktu. Hal ini, dan tidak ada lagi yang
lain, adalah inti dari kepemimpinan “
— John Kenneth Galbraith
“The task of the leader is to get his people from where they
are to where they have not been.”
“Tugas pemimpin adalah untuk membawa pengikutnya dari tempat
mereka sekarang ke tempat dimana mereka belum meraihnya.”
— Henry Kissinger
“To lead people, walk beside them … As for the best leaders,
the people do not notice their existence. The next best, the people honor and
praise. The next, the people fear; and the next, the people hate … When the
best leader’s work is done the people say, ‘We did it ourselves!’”
“Untuk memimpin orang, berjalan di samping mereka … Tentang
pemimpin terbaik, orang-orang tidak menyadari keberadaan diri mereka. Yang
terbaik berikutnya, orang-orang menghormati dan memberi pujian. Selanjutnya,
orang-orang takut pada mereka, dan berikutnya, orang-orang membenci mereka …
Ketika pekerjaan pemimpin terbaik diselesaikan orang-orang berkata, ‘Kami
melakukannya sendiri!’ “
— Lao-tsu
“Great leaders are almost always great simplifiers, who can
cut through argument, debate, and doubt to offer a solution everybody can
understand.”
“Para pemimpin besar hampir selalu pandai dalam
menyederhanakan (masalah yang rumit), mereka dapat memotong argumen, debat, dan
keraguan untuk menawarkan solusi agar semua orang bisa mengerti.”
— General Colin Powell
“You don’t lead by pointing and telling people some place to
go. You lead by going to that place and making a case.”
“Anda tidak memimpin dengan menunjuk dan memberitahu orang
ke beberapa tempat untuk mereka capai. Anda memimpin dengan pergi ke tempat itu
dan merumuskan masalah”
— Ken Kesey
“Leadership is the ability to establish standards and manage
a creative climate where people are self-motivated toward the mastery of long
term constructive goals, in a participatory environment of mutual respect,
compatible with personal values.”
“Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menetapkan standar dan
mengelola iklim kreatif di mana orang memiliki motivasi diri terhadap tujuan
jangka panjang terbaik yang konstruktif, dalam lingkungan partisipatif saling
menghormati, sesuai dengan nilai-nilai pribadi.”
— Mike Vance
“Leadership is not so much about technique and methods as it
is about opening the heart. Leadership is about inspiration—of oneself and of
others. Great leadership is about human experiences, not processes. Leadership
is not a formula or a program, it is a human activity that comes from the heart
and considers the hearts of others. It is an attitude, not a routine.”
“Kepemimpinan tidak banyak (terkait) dengan teknik dan
metode melainkan tentang membuka hati. Kepemimpinan adalah tentang inspirasi –
diri sendiri dan orang lain. Kepemimpinan besar adalah tentang pengalaman
manusia, bukan tentang proses. Kepemimpinan bukanlah formula atau program,
kepemimpinan adalah aktivitas manusia yang bersumber dari hati dan
mempertimbangkan hati orang lain. Kepemimpinan adalah sikap, bukan rutinitas “
— Lance Secretan
“A leader is a dealer in hope.”
“Seorang pemimpin adalah dealer yang bisa diharapkan.”
— Napoleon Bonaparte
“Leaders conceive and articulate goals that lift people out
of their petty preoccupations and unite them in pursuit of objectives worthy of
their best efforts.”
“Pemimpin memahami dan mengartikulasikan tujuan yang
mengangkat orang keluar dari keasyikan mereka dan menyatukan mereka dalam
mengejar tujuan yang layak dari upaya terbaik mereka.”
— John Gardner
Menurut William Glasser dalam bukunya, Choice Theory,
sesungguhnya di dalam situasi yang paling ekstrem sekalipun, seseorang tidak
dapat dipaksa untuk melakukan suatu pekerjaan. Jikalau orang tersebut mau
mengerjakan pekerjaan yang dipaksakan itu, biasanya hasil kerjanya tidak memuaskan.
Dalam bukunya tersebut, William menyebutkan delapan ciri
perilaku yang menggambarkan sifat seorang pemimpin yang baik.
Beri teladan tentang arti sukses kepada bawahan.
Alasan umum seseorang tidak berusaha keras dalam bekerja
adalah karena mereka tidak tahu persis tujuan mereka bekerja. Ketidakadaan
tujuan dan arah sering mematahkan motivasi kerja. Oleh sebab itu, seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi contoh kesuksesan yang
bisa diraih para bawahannya.
Beri bawahan Anda peralatan yang mereka butuhkan.
Banyak orang mempersepsikan, tugas seorang pemimpin adalah
menyelesaikan masalah bawahannya. Namun, sebenarnya itu bukan tugas Anda
sebagai atasan. Daripada terus-menerus turun tangan menyelesaikan masalah orang
lain, lebih baik berikan bawahan Anda cara dan rambu untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Jangan sungkan untuk memuji keberhasilan bawahan.
Tak hanya kritik, pujian dan apresiasi terhadap hasil kerja
bawahan juga dapat memotivasi produktivitas dan membangun kepercayaan diri
bawahan untuk lebih sukses lagi.
Berikan ruang untuk kesalahan.
Sesungguhnya kesalahan adalah guru terbaik bagi
pembelajaran, maka berilah toleransi bagi kesalahan yang dilakukan bawahan.
Terkadang kesalahan dilakukan bawahan bukan karena ia tidak becus bekerja, tapi
karena ketidaktahuannya akan suatu hal.
Delegasikan tugas tanpa banyak turut campur.
Pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu mempercayakan
tugas secara penuh kepada bawahannya. Biarkan bawahan mengatasi kendala
pekerjaannya sendiri. Namun, di sisi lain pastikan diri Anda selalu ada untuk
membantu saat mereka membutuhkan Anda.
Lebih baik bertanya daripada memberi nasihat
Seringkali bawahan Anda tahu lebih banyak daripada yang Anda
pikir mereka ketahui. Tanyakan pendapat mereka tentang masalah-masalah yang
sedang mereka hadapi di kantor. Dengan demikian, Anda membantu mereka
menyimpulkan sendiri jalan keluar terbaik dari masalah tersebut. Hindari
memberi nasihat, karena akan terkesan menggurui.
Bersikaplah ramah.
Aturan mainnya sungguh sederhana. Jangan berharap orang lain
bersikap ramah kepada Anda jika Anda sendiri tidak ramah terhadap orang lain.
Seorang pemimpin yang baik tak perlu menjadi galak untuk bisa tegas dan efektif
memanajeri bawahannya. Dengan bersikap ramah, Anda akan selalu bisa melihat
sisi positif dari setiap karyawan Anda dan memotivasi mereka untuk bekerja
lebih baik lagi.
Tak kenal maka tak sayang.
Kepemimpinan erat terkait dengan hubungan antar manusia.
Saat bawahan percaya bahwa Anda tulus peduli dengan mereka, mereka akan
berusaha lebih baik dalam bekerja. Kenali lebih dekat bawahan Anda, dengarkan
cerita dan keluh kesahnya. Pada akhirnya, kualitas kepemimpinan seseorang dapat
dilihat dari kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.